Jumat, 17 Januari 2014

IBD MAKALAH KOTA TUA JAKARTA




Nama : Septiani Dama Yanti
NPM : 18213390
KELAS : 1EA33


UNIVERSITAS GUNADARMA
ILMU BUDAYA DASAR
KOTA TUA JAKARTA


Nama Anggota : 
      1.    Aulia Latriarsi                                (1EA33 / 11213501 )
      2.    Dewi Yunita                                    (1EA33 / 12213308 )
      3.    Ericha Camdra Wahyuni             (1EA33 / 12213922 )
     4.    Lailatul Fitria                                 (1EA33 / 14213915 )
     5.    Novi Wulandari                              (  1A213052  )
     6.    Raga Subekti                                  (1EA33 / 17213142 )
     7.    Septiani Dama Yanti                     (1EA33 / 18213390 )
     8.    Sri Windarti                                    (1EA33 / 18213628 )




KATA PENGANTAR 
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai budaya Indonesia. 
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. 
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. 
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. 
Bekasi,  05Januari 2014 
             Penulis 
i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………......…    i
DAFTAR ISI………………………………………………………………   ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................   1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………...   2
A.   SEJARAH………………………………………………………..   2
B.   LANDASAN TEORI……………………………………………..  6
C.   METODOLOGI PENELITIAN……………………………….....  7
D.   RAGAM BUDAYA DI KOTA TUA…………………………...... 10
BAB III KESIMPULAN............................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 20













ii


BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu budaya dasar adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk mengenai konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah manusia dan kebudayaan. Ilmu budaya dasar dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti basic humanities yaitu nilai - nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya.
Kebudayaan tidak hanya dari sebuah suku atau tradisi, tetapi bisa juga kita dapatkan dari sebuah sejarah yang ada di Indonesia. Salah satunya ikon sejarah Jakarta yaitu Kota Tua Jakarta.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah
Sejarah perkembangan kota tua dataran rendah tempat bertumpunya kota Jakarta sekarang ini menurut taksiran telah berusia 5000 tahun. Taksiran itu berdasarkan hasil penelitian geomorfologis atau ilmu lapisan bumi.

Jayakarta 1618:




Peta ini merupakan rekonstruksi perkiraan keadaan pada tahun 1618 (Ijzerman, 1917). Di dalam garis-garis putus pada tepi kanan sungai (A) nantinya akan terletak bagian kota Batavia lama, sedangkan di tepi kiri (B) adalah letak loji Inggris.

Jayakarta 1619:
pada masa ini benteng jacatra semakin meluas, sehingga luasnya tiga kali lipat luas semula. Namanya pun menjadi kasteel batavia namun bentuk kasteel baru itu tidak banyak berubah dengan benteng kuno yaitu persegi dengan bastion – bastion yang menonjol, tembok diantara bastion itu courtine atau gordijn. Itulah sebabnya kita mengenal Kota Batavia kuno sebagai ‘Kota Inten’.
Tembok di antara bastion itu disebut Courtine atau Gordijn. Di tengah-tengah gordijn selatan dibuat pintu landpoort (pintu gerbang darat) dan di sebelah utara dibuat waterpoort (pintu-gerbang laut). Di sebelah Kasteel kemudian dibuat grachten atau parit-parit yang sesuai keadaan kota Amsterdam.

Batavia 1622 :



Di tahun ini di sebelah selatan kastil sudah panel melintang. Selain tiga buah kanal tegak lurus di atas kali besar (ciliwung) di sepanjang sisi timur, parit (kanal) ini dihubungkan dengan parit singa betina oleh sebuah parit yaitu parit harimau. Di bagian selatan dekat belokan ciliwung terdapat plaisan huis dan ke timur terdapat pos penjagaan brasser.

Batavia 1627 :
Kota dibangun sesuai dengan kebiasaan belanda, dengan jalan-jalan dan parit-parit. Parit harimau membujur panjang dari utara ke selatan dan dipotong berturut-turut (arah selatan) oleh parit – parit yang menghubungkan parit harimau (sekarang bernama Jalan Pos di Jakarta Kota) dengan Kali Besar. Dalam gambar, terdapat proyeksi sebuah parit yang sebagian telah digali. Parit tersebut dimaksudkan sebagai awal perluasan kota ke sebelah Barat atau sebelah kiri Kali Besar.
Batavia 1632 :



Tembok Kota belum sepenuhnya selesai dan dipisahkan oleh pagar bambu. Pembangunan kastil batavia yang kedua berada di sebelah kiri galangan, di jalan Bank Sisi Timur yang langsung menuju kawasan Kali Besar.
Batavia 1635 : 

Dalam peta ini nampak  Batavia lama mulai melebar ke sebelah barat Ciliwung, di mana tadinya masih berupa rawa-rawa.
Kali-kali besar yang ada di Batavia pada masa sebelumnya tidak lagi berliku-liku tetapi lebih terlihat terurus dan lurus disempurnakan menjadi parit yang menerobos kota. Pembangunan parit ini merupakan cita-cita orang-orang Belanda untuk membangun Batavia persis seperti kota Belanda.Kota-kota lama di sebelah timur makin melebar dan banyaknya perkebunan-perkebunan.
Batavia 1650 :

Bagian timur kota telah selesai dengan pembangunannya. Bagian selatan Voorstad juga telah mulai dibangun. Kecuali dengan semakin bertambahnya bangunan tidak banyak perubahan yang terjadi pada wajah peta-peta dasar pada waktu itu. Di dalam sebuah peta dari tahun 1681 (Breuning, 1954: 34) terlihat bahwa di luar tanggul-tanggul kota dibuat kebun-kebun. Selain itu, pada peta ini juga nampak dengan jelas, bahwa garis pantai telah menjorok lebih ke utara lagi karena endapan lumpur dari Ciliwung.
Batavia 1672 :

Di sebelah selatan jalan dan Kanal Ancol, terdapat Kanal Sontar dan Jalan Gelederland yang tampaknya juga menghubungkan pusat kota dengan kawasan di luar kota bagian timur. Menurut laporan Valentijn dan Stavorinus, ada lima ruas jalan dari dan ke luar kota. Pertama, jalan yang ke timur menuju Ancol menyusuri Cilincing, Bekasi dan Tanjung Pura. Pada dua sisi jalan tersebut terdapat kabun-kebun dan di sekitarnya terdapat rumah penginapan dan rumah pertunjukkan.
Kedua, Jalan Jacarta (Jacatra Weg) menghubungkan pusat kota dengan pos penjagaan Jakarta. Ketiga, jalan yang menuju ke selatan melalui Molenvliet, atau Kanal Bingham menuju pos Rijwik, Noordwijk, Meester Cornelis, Cililitan, Tanjung, Cimanggis, dan terus sampai ke Bogor. Keempat, jalan yang ke arah barat. Simplicitas, Konjere (Cinere) menuju ke Bogor. Kelima, jalan yang menuju ke barat melalui Moxervaart melewati pos Vijfhoek, pos Anglke, terus ke Tangerang dan akhirnya sampai ke Banten.

Batavia 1770 : 

Peta Van der Parra, dibuat atas perintah Gubernur Jendral Petrus Albertus Van der Parra dan dimuat dalam buku standar tentang kota lama Batavia dari Dr. F. De Haan. Selama pemerintahan Baron van Imhoff, saluran besar dari Buitenzorg (Bogor) disalurkan ke kota melalui Salemba dan akhirnya mengalir ke Kanal Sonter (kanal yang digali oleh Pieter Antonijsz Overwater), kemudian membelok ke timur sampai ke Kali Ancol, terus ke laut.
Perkembangan kota pada abad ke 18 :
Dalam sebuah buku yang terbit pada tahun 1799 di Amsterdam, terdapat pula peta situasi yang hampir sama. Tahun penunjuknya ialah tahun 1760 dan keterangan peta ditulis dalam bahasa Prancis. Peta itu lebih sempurna pembuatannya. Dalam peta tersebut benteng Jacatra lebih dekat letaknya dengan Sungai Ciliwung.
Weltevreden 1780 : Semula wilayah ini merupakan tanah milik Anthony Pavijoen. Pada tahun 1648 masih berupa daerah hutan rawa dan padang rumput. Wilayah ini kemudian disewakan kepada orang Cina untuk ditanami tebu dan kebun sayuran. Setelah itu baru dipakai sebagai persawahan. Tahun 1697 didirikan sebuah rumah oleh pemilik baru, Cornelis Chastelein. Selain rumah juga terdapat kincir penggilingan tebu. Diduga, nama “Weltevreden” diberikan oleh Chastelein, yang kemudian memperluas tanah miliknya. Tahun 1733, tanah ini dijual kepada Justinus Vinck dengan harga 39.000 ringgit. Tahun 1735, keluar ijin untuk membangun pasar-pasar, satu pasar di Tanah Abang, satu lagi di Weltevreden.
Sepeninggal J. Vinck, maka tanah itu menjadi milik Gubernur Jendral Jacob Mossel yang membelinya dengan harga 28.000 ringgit. Pemilik baru ini menggali sebuah parit yang memanjang sejajar dengan de Grote Zuiderweg, Kali Lio. Di sebelah selatan Kali Lio, terdapat gedung besar yang dikenal sebagai het Landhuis Weltevreden. Jalan lurus menuju gedung itu sekarang dikenal sebagai gang kenangan.
Rencana kota batavia 1858 : “Rancangan Batavia dan Sekitarnya”. Terlihat bagian kota Batavia dan Weltevreden masih dikelilingi rawa-rawa, sawah, dan hutan-hutan kecil.
B.     LANDASAN TEORI
Apa yang terpikirkan oleh kita warga Jakarta tentang Kota Tua? Jauh, indah tapi tak terawat, atau sebatas kota kenangan? Jujur saja, memang menyedihkan mengetahui denyut asli kota Jakarta itu kehilangan kilaunya. Ia sedikit terlupakan dengan maraknya pusat perbelanjaan mewah dan majunya pembangunan di bilangan Jakarta yang lain. Apa saja yang terjadi di daerah bersejarah itu dan apa yang terlewatkan oleh kita para warganya selama ini?




Setiap negara memiliki satu area tertentu yang dianggap sebagai daerah “tertua” dan punya karakteristik tertentu yang membedakannya dengan area lain. Seperti layaknya Kota Tua di Jakarta. Tapi, tahukah kamu apa yang membuat Kota Tua di Jakarta istimewa dibanding area old town negara lain? Keistimewaan itu terletak pada fungsinya yang lengkap sebagai pusat administratif karena masih berdiri dan berjalan fungsi badan-badan pemerintahan di sana, fungsi perdagangan dengan adanya Mangga Dua dan pusat perbelanjaan lainnya, serta daerah hunian dengan masih banyaknya warga Jakarta yang tinggal di sana. Kelengkapan fungsi yang semestinya menjadi nilai daya tarik sendiri, ternyata nggak membantu mendongkrak kelestarian Kota Tua sebagai icon khusus ketika turis domestik atau mancanegara mengunjungi Jakarta. Budi Lim, pakar arsitektur, yang sudah mulai aktif berpartisipasti dalam peremajaan Kota Tua sejak masa pemerintahan Soerjadi Soedirdja, mantan Gubernur DKI Jakarta 1992-1997, malah mengatakan bahwa jika proses peremajaan Kota Tua berjalan sesuai rencana akan menjadi “Princess of The East”, ungkapan menyanjung untuk pemandangan Kota Tua yang dihiasi oleh gedung-gedung berdesain klasik dan art deco.

C.     METODOLOGI PENELITIAN

Permasalahan yang akan dihadapi pada kota tua adalah:
  1. Apa kontribusi Kota Tua untuk kebudayaan dan sejarah di jakarta?
  2. Gimana prospek(kedepannya) kota tua sebagai tempat wisata?
  3. Apa tindakan pemerintah dan masyarakat lakukan pada kota tua supaya berguna?
Dengan mendapatkan jawaban diatas permasalahan tersebut, dapat ditarik kesimpulan akan respon masyarakat dan  pemerintah terhadap kota tua: apakah melestarikan kebudayaan pada zaman dahulu dengan memanfaatkan keindahan gedung-gedung yang bernilai klasik menjadi wisata ataukah dibiarkan begitu saja dengan hanya lalu-lalang melewatinya.
Alasan orang malas ke Kota Tua, biasanya karena alasan kebersihan. Tanpa harus menyalahkan Pemerintahan Daerah Jakarta yang kurang proaktif bergerak, Winda Siregar, salah satu aktivis di organisasi nirlaba khusus proyek revitalisasi Kota Tua, Jakarta Old Town Kotaku, mengaku bahwa memang dibutuhkan inisiatif lalu bergerak mencari sponsor ketika ingin melakukan sesuatu untuk Kota Tua, salah satu contohnya adalah saat akan melakukan pembersihan Kali Besar. “Namun, bila menginginkan kali tersebut bisa jernih layaknya kolam renang, tentu membutuhkan waktu dan proses pembersihan harus dilakukan dari hulu hingga hilir”, katanya berdasarkan pengalamannya turun langsung dalam program pembersihan kali. “Salah satu produsen alat telekomunikasi dalam program CSR (Corporate Social Responsibility) juga ikut berpartisipasi membersihkan Kota Tua yaitu dengan menyediakan tempat sampah di titik-titik yang banyak dilewati orang, namun sayangnya tempat sampah itu malah dicuri dan satu per satu menghilang,” ujarnya. Melihat dari kejadian sederhana di atas itu saja, terlihat bahwa kesadaran masyarakat untuk menjaga Kota Tua masih sangat minim. “Tak bisa hanya menunjuk Kota Tua itu tanggung jawab pemerintah daerah, Non-Governmental Organization (NGO), atau stakeholder swasta lainnya. Semua pihak yang ingin menikmati Kota Tua adalah pihak yang harus turut aktif menjaga dan melestarikan Kota Tua” kata Winda.
Menuntut kepedulian untuk melestarikan sebuah daerah sebesar dan sekrusial Kota Tua memang tak mudah. Namun, ada sebuah NGO yang peduli akan kelestarian Kota Tua bertitel Jakarta Old Town Kotaku (JOK) yang dinisiasi oleh tujuh orang yang pakar di bidangnya masing-masing, yaitu Budi Lim pakar arsitektur, Pinky Pangestu urban planner, Ella Ubaidi pemerhati komersil, Farid Harianto yang memegang segi perekonomian, Shanti Soedarpo yang aktif di bidang penguasaan informasi teknologi komputer, Miranda Goeltom sebagai penanggung jawab pengembangan kegiatan seni dan budaya, serta Gerrick Wiryadinata sebagai perwakilan Tionghoa. Mereka berinisiatif bergerak dan berbuat sesuatu untuk Kota Tua karena merasakan cantiknya Kota Tua sebelum menjadi seperti sekarang dan memanfaatkan networking mereka untuk melestarikan daerah yang dianggap sebagai “jantung” kota Jakarta  tersebut. “Namun, koordinasi gerakan ini tentu bukan sesuatu yang instan, sehingga yang akan merasakan hasil perubahannya adalah anak cucu kita. Setiap langkah yang dibuat harus dikoordinasikan oleh stakeholder yang memilki gedung di kawasan tersebut, pemerintah daerah, dan masih banyak pihak lainnya. Yang pasti gerakan nirlaba ini ingin mempercantik Kota Tua Jakarta, namun bukan dengan membangun mall atau sekadar menjadikan Kota Tua seperti taman wisata, karena itu bukanlah rencana jangka panjang untuk melestarikan suatu kota yang sarat budaya,” jelas Winda.
Di luar dari adanya pemerintah daerah atau NGO yang peduli terhadap Kota Tua, semua orang, tanpa harus menjabat posisi, bisa melakukan sesuatu untuk lebih mencintai lalu tergerak melestarikan Kota Tua. Contoh termudahnya adalah dengan menjadikan area Kota bukan hanya sebagai area melintas, tetapi sebagai tujuan. Lebih mengenal budaya Indonesia dengan mengunjungi museum yang ada di sana, menambah pengalaman kuliner dari jajanan yang ada, atau sekadar berhenti sebentar di Menara Syahbandar dan menyaksikan sendiri bagaimana bisa ia condong miring layaknya Menara Pisa di Italia. Sederet kegiatan yang dirancang untuk dilakukan di Kota Tua itu, dimaksudkan agar Kota Tua menjadi destinasi menarik, bukan hanya area pemendek rute perjalanan saat kita menuju area Jakarta Utara atau Barat. “Ini hanya sebagian kecil dari apa yang bisa saya lakukan untuk Kota Tua. Bila Kota Tua dipercantik dan tak dibiarkan ‘redup’, kita bisa melakukan apa saja di Kota Tua, mulai dari pusat bisnis hingga tujuan hiburan,” ujar Winda optimis.
            Tanggapan Gubernur Jakarta
Gubernur DKI Jakarta ambisius ingin menjadikan Kota Tua sebagai ikon dan imej Jakarta ke pasar pariwisata dunia. Maka itu sejak membentuk konsorsium Kota Tua, pihaknya sudah mulai merevitalisasi 8 hektar lahan Kota Tua. Seluruh wilayah yang akan diperbaiki sebanyak 280 hektar."Dalam enam bulan, 8 hektar yang ada di pusatnya dulu," kata Jokowi di Stadion Veledrome, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (24/10).Dia menyebutkan revitalisasi ini termasuk perbaikan gedung tua dan perbaikan infrastruktur jalan. Semisal memperindah trotoar, jalan, taman, penerangan jalan, dan penataan pedagang kaki lima (PKL)."Setelah gedung-gedungnya direkonstruksi, dicat, yang paling penting juga mengisinya dengan kegiatan, baik seni budaya atau yang lain," jelas dia.
Dengan keadaan Kota Tua yang bagus, maka aktivitas warga Jakarta akan terbiasa dengan wisata ruang terbuka. Sama seperti saat Jokowi mengimbau warga Jakarta untuk mengisi kegiatan bermanfaat di Taman."Yang paling penting mengisi aktivitas kegiatan yang di sana, baik di museum, baik dengan seni budaya, baik dengan kegiatan-kegiatan yang lain. Karena apa pun sebuah kota akan itu dilihat nantinya kalau punya kekuatan yang unik. Itu yang akan menjadi sebuah brand yang unik akan menjadi sebuah brand kota, itu akan menjadi kekuatan dan potensi yang unik. Jakarta adalah Kota Tua," tutup Jokowi.
Untuk memenuhi tugas matakuliah ilmu budaya dasar, kami berdiskusi manakah yang tepat untuk menjadikan objek penelitian kami mengenai budaya. Pada awalnya salah satu dari kami berpendapat berkunjung ke bandung untuk meneliti tentang budaya suling, akan tetapi ada yang kurang setuju karena lokasinya sangat jauh. Dan akhirnya salah satu dari kami berpendapat yang terdekat dan sesuai budaya jakarta yaitu kota tua. Sepanjang diperjalanan kami berdiskusi kembali, apa yang harus kami meneliti yang ada di kota tua yang berhubungan budaya,awalnya kami berinisiatif ketempat klenteng yang dekat dengan gedung-gedung kota tua tetapi setelah kami sampai ke kota tua, kami berubah haluan ke sekeliling halaman gedung-gedung kota tua ramai dengan macam pedagang kaki lima (PKL), makanan khas jakarta, serta hiburan lainnya seperti boneka ondel-ondel dan objek manusia yang berpakai tokoh perjuangan kemerdekaan dan ke tempat museum seni rupa dan keramik.
D.    RAGAM BUDAYA DI KOTA TUA



Gambar : Pedagang makanan tradisional jakarta
Gambar : Museum Fatahilah
I.       Museum Fatahilah
Museum Fatahillah yang juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi.
Gedung ini dulu adalah sebuah Balai Kota (bahasa Belanda: Stadhuis) yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jendral Johan van Hoorn. Bangunan itu menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara.. Pada tanggal 30 Maret 1974, gedung ini kemudian diresmikan sebagai Museum Fatahillah.
Koleksi di dalam Museum Fatahilah
Objek-objek yang dapat ditemui di museum ini antara lain perjalanan sejarah Jakarta, replika peninggalan masa Tarumanegara dan Pajajaran, hasil penggalian arkeologi di Jakarta, mebel antik mulai dari abad ke-17 sampai 19, yang merupakan perpaduan dari gaya Eropa, Republik Rakyat Cina, dan Indonesia. Juga ada keramik, gerabah, dan batu prasasti. Koleksi-koleksi ini terdapat di berbagai ruang, seperti Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang Fatahillah, Ruang Sultan Agung, dan Ruang MH Thamrin.
Terdapat juga berbagai koleksi tentang kebudayaan Betawi, numismatik, dan becak. Bahkan kini juga diletakkan patung Dewa Hermes (menurut mitologi Yunani, merupakan dewa keberuntungan dan perlindungan bagi kaum pedagang) yang tadinya terletak di perempatan Harmoni dan meriam Si Jagur yang dianggap mempunyai kekuatan magis. Selain itu, di Museum Fatahillah juga terdapat bekas penjara bawah tanah yang dulu sempat digunakan pada zaman penjajahan Belanda.
Gambar : Penyewaan sepeda ontel

Salah satu cara menikmati wisata di Kota Tua salah satunya bisa dengan menyewa sepeda ontel. Harga penyewaannya pun tergolong murah, seharga Rp. 20.000,- per jam. Jadi, para wisatawan dapat menikmati keindahan Kota Tua dengan berkeliling santai menggunakan sepeda klasik ini.




    
                                Gambar : Macam- macam Profesi di Kota Tua



Gambar : Jasa seni pembuatan tato temporary
  1. Museum Seni Rupa dan Keramik


Gambar : Museum Seni Rupa dan Keramik
Museum Seni Rupa dan Keramik merupakan salah satu museum yang menempati bangunan bersejarah di kawasan kota tua jakarta. Museum yang di resmikan pada tahun 1870 ini awalnya dipergunakan sebagai lembaga peradilan tinggi belanda. Kemudian pada masa kedudukan jepang dan perjuangan kemerdekaan indonesia dijadikan sebagai asrama militer.
Pada taun 1968 s/d 1975 bagunan ini di gunakan sebagai kantor dinas museum dan sejarah DKI Jakarta, kemudian pada tanggal 20 agustus 1976 diresmikan sebagai balai seni rupa oleh presiden suharto. Pada sayap kiri kanan bagian depan bagunan digunakan sebagai museum keramik yang diresmikan oleh gubernur ali sadikin pada tanggal 07 juni 1977 kemudian pada awal tahun 1990 balai seni rupa dan museum keramik di gabung menjadi museum seni rupa dan keramik.













Wawancara bersama Narasumber


Gambar : Alat – alat untuk melukis



Gambar : Salah satu koleksi lukisan di Museum Seni Rupa
Gambar : Sisa –sisa keramik dari kapal yang tenggelam

Gambar : Foto bersama Ikon Jakarta
Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat. Nampaknya ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa.
Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar 2,5 meter dengan garis tengah ± 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalamnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan warna putih. Bentuk pertunjukan ini banyak persamaannya dengan yang ada di beberapa daerah lain.
Di Pasundan dikenal dengan sebutan Badawang, di Jawa Tengah disebut Barongan Buncis, sedangkan di Bali lebih dikenal dengan nama Barong Landung. Menurut perkiraan jenis pertunjukan itu sudah ada sejak sebelum tersebarnya agama Islam di Pulau Jawa.
Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus yang gentayangan. Dewasa ini ondel-ondel biasanya digunakan untuk menambah semarak pesta- pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu terhormat, misalnya pada peresmian gedung yang baru selesai dibangun. Betapapun derasnya arus modernisasi, ondel-ondel masih bertahan dan menjadi penghias wajah kota metropolitan Jakarta.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

            Kota Tua adalah salah satu peninggalan sejarah Belanda yang letaknya di Jakarta Pusat dan kini menjadi tempat wisata sejarah baik dari segi bangunannya maupun kesenian dan kulinernya, sehingga Kota Tua menjadi sarana untuk menarik minat wisatawan baik lokal maupun manca negara.
DAFTAR PUSTAKA
                Bapak Solihin Penjaga Kracis